KATA ORANG PASAR SENI KE 41

KATA ORANG PASAR SENI KE 41

Hari itu sya bertemu seniman China, sya tanya apakah anda berkreativitas karya seni dg konteks mengeritisi peristiwa sospolekhukham atau gender dan agama juga politik populisme. Tidak jawab dia, lantas disambung dinegeri kami adalah tabu mengeritisi ham, karena ukuran ham bule dan kami berbeda. Ya sudah .. sya lupa siapa duluan yg ngeloyor pergi dia atau sya.

Semua pada tahu bahwa seni hanya dapat dipelajari secara historis, tetapi sebagaimana semua superstruktur, ia mengandung otonomi nisbi. Menurut sya pada dirinya sendiri seni beradidaya untuk mengemansipasikan manusia yang bertarung dalam masyarakat kelas atau pengkotak kotakan etnis dan agama. Seniman yg bener2 seniman akan menyaksikan prafigurasi kepekaan manusia dalam kesenian, terbebas dari pengasingan sejarah. Meskipun, ada yg bersikeras bahwa hanya melalui perkembangan objektif sifat manusialah dapat diwujudkan “sensualitas subjektif manusia” semacam itu.

Dan kalimat Lifschitz yg menyeru “Seni sudah mati!” lalu dilanjutkan “Hiduplah seni!” agaknya sejalan dengan wawasan ini. Sepertinya nyambung dg analisis Lukacs mengenai hubungan antara esensi dan penampakan luar yang dapat kita tangkap melibatkan dua momen penting. Pertama, Lukacs menegaskan bahwa penampakan dan fenomena yang mengandung ideologi menyembunyikan dan mengalienasikan kita dari apa yang hakiki sebagai manusia. Lebih lanjut, kedua, ia mencoba membangun bagaimana manusia dapat menjadi perwujudan dalam level penampakan luar. Apa yang disembunyikan oleh penampakan yang ideologis tadi, bagi Lukacs, bukanlah merupakan pencerminan esensi manusia ontologis. Komen sya paling seniman astigmatisme yg begitulah Luk.

Makanya kolektor harus selalu mau mengisi benaknya dg knowledge khusus tentang pasar seni agar tidak salah beli lukisan atau karya seni lain .

hendrotan   |   15 Januari 2018

Leave a comment